Obsesi Old Money Gen Z: Kembali ke Dasar
Kembali ke Dasar: Mengapa Generasi Z Terobsesi pada Budaya "Old Money"?
Hai, sobat! Pernah nggak sih kalian scroll-scroll media sosial terus nemuin feed penuh dengan aesthetic orang-orang yang bajunya rapi, kainnya kayak high-quality, dan aura yang dipancarin elegan banget? Atau mungkin kalian sendiri yang lagi kepo dan tertarik sama gaya yang sering disebut "Old Money" ini?
Jangan heran, kalian nggak sendirian! Generasi Z, yang notabene tumbuh di era digital dan serba cepat, justru sedang jatuh cinta pada segala sesuatu yang klasik, timeless, dan penuh warisan. Ini seperti paradoks, ya? Di satu sisi, kita hidup di dunia TikTok dan fast fashion, tapi di sisi lain, banyak dari kita yang justru merindukan esensi dari gaya yang nggak lekang oleh waktu.
Nah, di artikel ini, kita akan bahas tuntas fenomena ini. Kenapa sih, Gen Z yang identik dengan hal-hal baru malah terobsesi sama gaya "Old Money"? Yuk, simak sampai habis!
Sebelum Mulai, Apa Sih Sebenarnya "Old Money" Itu?
Sebelum kita selam lebih dalam, mari kita sepakati dulu definisinya. "Old Money" secara harfiah berarti "uang lama". Ini merujuk pada kekayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi, bukan yang baru saja diciptakan ("New Money"). Namun, dalam konteks tren saat ini, "Old Money" lebih dari sekadar uang.
Ini adalah sebuah gaya hidup, mentalitas, dan estetika yang menekankan pada:
· Kelas yang tenang dan tidak norak.
· Kualitas di atas kuantitas.
· Nilai warisan dan sejarah.
· Kepribadian yang elegan dan sopan.
Sekarang, mari kita jawab pertanyaan besarnya!
---
Alasan Di Balik Gila-Gilaan Gen Z pada Gaya "Old Money"
1. Reaksi Terhadap Budaya "Flexing" dan Konsumerisme Berlebihan
Bayangin, kalian setiap hari dibombardir dengan konten "haul" belanjaan puluhan item, sepatu limited edition yang harganya selangit, dan gaya hidup hedonis yang dipamerin habis-habisan. Lama-lama, bosen juga, kan?
Tren "Old Money" hadir sebagai penangkal dari budaya "flexing" (pamer) yang berisik. Alih-alih menunjukkan label merek yang mencolok, gaya ini justru menyembunyikannya. Elegannya datang dari potongan, kain, dan cara mengenakannya, bukan dari logo besar di dada. Bagi Gen Z yang mulai lelah dengan siklus tren cepat yang menghabiskan uang dan tidak ramah lingkungan, pendekatan "less but better" ini terasa seperti angin segar.
2. Pencarian akan Identitas dan Makna yang Lebih Dalam
Generasi Z adalah generasi yang kritis. Kita tumbuh di tengah krisis ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakpastian global. Dalam dunia yang serba tidak pasti, hal-hal yang klasik dan telah teruji oleh waktu memberikan rasa aman dan stabilitas.
Gaya "Old Money" bukan sekadar tren fesyen semata. Ia membawa serta nilai-nilai seperti etiket, pendidikan, kecerdasan, dan warisan budaya. Bagi banyak Gen Z, mengadopsi elemen-elemen ini adalah cara untuk membangun identitas yang terasa lebih "berakar" dan bermakna, dibandingkan hanya mengikuti tren viral yang berlalu dalam semalam.
3. Pengaruh Media dan "Escape" ke Dunia yang Ideal
Coba ingat-ingat lagi, film dan serial apa yang ngehits belakangan ini? The Crown, Bridgerton, The Gilded Age, atau Succession (yang meski tentang keluarga media, punya nuansa kekuasaan dan warisan yang kuat). Semua media ini memamerkan estetika "Old Money" dengan sangat memukau.
Media sosial, terutama TikTok dan Instagram, dipenuhi dengan akun-akun yang menganalisis gaya berbusana Kate Middleton, gaya Ralph Lauren, atau "dark academia" yang terinspirasi dari kehidupan kampus Ivy League. Konten-konten ini menawarkan pelarian romantis dari kehidupan sehari-hari ke dunia yang terlihat tertata, indah, dan penuh tradisi. Bagi Gen Z, ini adalah bentuk fantasi yang menyenangkan dan inspiratif.
4. Investasi Jangka Panjang yang Lebih Cerdas dan Berkelanjutan
Gen Z sadar betul dengan isu keberlanjutan (sustainability). Fast fashion, meski murah dan trendi, punya dampak buruk bagi lingkungan dan kualitasnya seringkali rendah.
Filosofi "Old Money" dalam berbusana sangat selaras dengan prinsip slow fashion. Daripada membeli 10 baju murah yang cepat rusak, lebih baik investasi pada satu blazer berkualitas tinggi yang bisa dipakai selama bertahun-tahun. Baju dari kain linen, katun oxford, atau wool tweed yang bagus memang lebih mahal di awal, tetapi umurnya panjang dan gaya nya tidak pernah ketinggalan zaman. Pada akhirnya, ini justru lebih hemat dan bijaksana.
5. Ekspresi Status yang Lebih Subtle dan Cerdas
Ini nih, poin yang cukup menarik. Di era di mana semua orang bisa terlihat "kaya" dengan membeli barang tiruan atau berhutang, Gen Z mencari cara yang lebih cerdas untuk mengekspresikan status dan selera.
Dalam estetika "Old Money", status ditunjukkan melalui pengetahuan, sikap, dan kualitas item yang dikenakan, bukan melalui kemewahan yang terlihat. Seseorang yang paham akan gaya ini akan dikagumi karena pengetahuannya tentang kain terbaik, potongan yang paling pas di badan, atau cara memadukan warna yang sophisticated. Statusnya bukan lagi tentang "apa yang aku punya", tapi "apa yang aku pahami". Ini adalah bentuk flexing yang jauh lebih halus dan intelek.
---
Pertanyaan Populer Seputar Gaya "Old Money"
Nah, buat kalian yang penasaran dan mungkin pengin mulai menjajal gaya ini, pasti ada beberapa pertanyaan yang sering kepikiran. Ini dia beberapa di antaranya:
· Apa saja item fashion wajib ala "Old Money"?
· Bagaimana cara berpakaian ala "Old Money" dengan budget terbatas?
· Apa perbedaan utama gaya "Old Money" dan "New Money"?
· Merek lokal apa saja yang cocok untuk gaya "Old Money"?
· Bagaimana cara membangun mentalitas "Old Money", bukan sekadar penampilan?
---
"Old Money" dalam Keseharian: Bukan Cuma Soal Baju
Gaya "Old Money" nggak cuma berhenti di lemari pakaian, lho. Ini adalah sebuah pendekatan hidup. Berikut beberapa area lain yang dipengaruhinya:
· Hobi dan Minat: Kegiatan seperti tenis, berkuda, sailing, atau sekadar membaca buku klasik di perpustakaan menjadi semakin populer.
· Tata Krama: Pengetahuan tentang etiket di meja makan, cara berkomunikasi yang sopan, dan confidence dalam berbagai situasi sosial sangat dihargai.
· Konsumsi Konten: Minat pada sejarah, seni, sastra, dan arsitektur klasik semakin tumbuh.
· Investasi: Pola pikir jangka panjang mendorong untuk berinvestasi pada pengalaman (seperti traveling yang meaningful) dan aset yang nilainya tumbuh, bukan hanya barang konsumtif.
---
Masalah Umum dan Solusinya Saat Mau Gaya "Old Money"
Masalah 1: "Budget aku terbatas, gimana bisa beli barang mahal-mahal?"
Solusi:Ingat, intinya adalah kualitas, bukan kuantitas atau merek. Mulailah dengan:
· Thrifting: Berburu di thrift store bisa memberikan barang-barang berkualitas dengan material bagus dan potongan klasik.
· Fokus pada Dasar-Dasar: Investasi pada item dasar yang well-tailored, seperti kemeja putih, celana chino, atau little black dress.
· Rawat Pakaian: Baju murah pun bisa terlihat mahal jika di-setrika rapi dan dirawat dengan baik.
Masalah 2: "Aku merasa jadi palsu atau tidak autentik."
Solusi:Gaya "Old Money" yang sejati adalah tentang menjadi diri sendiri dengan elegan. Jangan memaksakan diri. Ambil nilai-nilai yang cocok untukmu, seperti kesopanan, kecerdasan, dan apresiasi pada kualitas. Itu sudah lebih dari cukup.
---
Kesimpulan: Nostalgia akan Masa Depan yang Lebih Bermakna
Jadi, sobat, obsesi Generasi Z pada budaya "Old Money" ini bukanlah sekadar tren fashion biasa. Ini adalah gerakan yang lebih dalam. Ini adalah reaksi terhadap dunia modern yang serba cepat dan berisik, pencarian akan identitas yang autentik, dan keinginan untuk hidup yang lebih bermakna dan berkelanjutan.
Dengan kembali ke dasar-dasar—kualitas, klasikisme, dan nilai—Gen Z justru sedang membentuk masa depannya sendiri. Sebuah masa di mana penampilan bukanlah segalanya, tapi bagaimana caranya kita menjalani hidup dengan penuh kelas, sopan santun, dan kecerdasan dari dalam.
Yuk, kita coba terapkan sedikit filosofi ini dalam hidup kita. Nggak perlu langsung ekstrem, mulai dari hal kecil dulu. Siapa tau, kalian justru akan menemukan versi diri yang paling elegan dan percaya diri.
---
FAQ Mini: Pertanyaan Lain Seputar Gaya "Old Money"
1. Apa sih, contoh konkret outfit "Old Money" untuk sehari-hari?
Untuk cowok: Polo shirt atau kemeja linen, celana chino, dan loafers. Untuk cewek: Midi skirt, trench coat, dan ballet flats. Simple, rapi, dan timeless.
2. Apakah gaya ini hanya untuk orang kaya?
Sama sekali tidak! Filosofinya bisa diterapkan siapa saja. Ini tentang cara berpikir dan memilih, bukan tentang jumlah uang.
3. Apa buku yang cocok untuk memahami gaya hidup "Old Money"?
Coba baca The Great Gatsby untuk melihat kontras Old vs New Money, atau To Kill a Mockingbird untuk melihat nilai-nilai kelas dan integritas.
4. Bagaimana cara membedakan gaya "Old Money" dan "Preppy"?
Gaya Preppy lebih kasual, colorful, dan terinspirasi seragam sekolah (seperti gaya Harvard). Old Money lebih sophisticated, restrained, dan elegan, cocok untuk berbagai kesempatan formal dan informal.
5. Apakah harus selalu memakai warna netral?
Tidak harus! Warna navy, burgundy, hunter green, dan krem juga sangat kental dengan nuansa ini. Yang penting adalah harmoni dan tidak mencolok.
6. Merek internasional apa yang merepresentasikan gaya ini?
Ralph Lauren adalah rajanya. Lalu ada brands seperti Brooks Brothers, Burberry, dan Lacoste.
7. Bagaimana dengan aksesoris?
Pilih yang simple dan berkualitas. Jam tangan dengan leather strap, mutiara kecil, atau scarf sutra. Less is more.
.jpg)